ARTIKEL KESEHATAN

ARTIKEL KESEHATAN
NURSING

Selasa, 30 Desember 2014

MAKALAH OSTEOMIELITIS

MAKALAH
ASKEP OSTEOMIELITIS


PEMBIMBING
Ns. GIAT WANTORO, S.Kep
Disusun oleh:

Bunga bulandari
Pujiana sifitri
Eka vita sari
Dwi putri lestari
Novitri wulandari
Miftahul jannah
Desti herlianda
Selvi prastianty
Rara setiawati
Devi sulmia
Nela dwita jayanti
Rizkia apriatma
Dian anggraini
Cici suryani wulandari
Agung yudi prasetio
Muhammad ali
Alwides nainggolan
Peri Irawan
Hengki pramana
Zakaria ansori
Azizir rahim
Alius mawardi
M. randi hariansyah
Anang trioko


MAHASISWA S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
(STIKBA) JAMBI
2013/2014














Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah “ ASKEP OSTEOMIELITIS” ini.
Makalah ini dibuat atas kerja sama yang kami lakukan dengan sungguh-sungguh, mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat.
Kami mngucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini belum sempurna sehigga kami mengharapkan penyempurnaannya.
Semoga apa yang kami tulis di makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat dijadikan penambah pengetahuan maupun bahan pendidikan.
                                                                                                                       Penulis

Halaman Judul...................................................................................................................................I
Kata Pengantar..........................................................................................................................II
Daftar Isi.......................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................1
1.4 Metode.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi................................................................................................................................2
2.2 Etiologi................................................................................................................................2
2.3 Klasifikasi Osteomielitis....................................................................................................3
2.4 Patofisiologi........................................................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................................................4
2.6 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................5
2.7 Prinsip Penatalaksanaan...................................................................................................5
2.8 Pencegahan.........................................................................................................................6
2.9 Asuhan Keperawatan.........................................................................................................6
I. Pengkajian.....................................................................................................................6
II. Diagnosa Keperwatan..................................................................................................7
III. Perencanaan dan Implementasi................................................................................7
IV. Intervensi Keperawatan.............................................................................................7
V. Evaluasi.......................................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini maka penulis membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomyelitis.
2. Untuk mengetahui penyebab osteomyelitis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomyelitis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomyelitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami osteomyelitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomyelitis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien yang mengalami osteomyelitis.
8. Untuk mengetahui suhan keperawatan klien yang mengalami osteomyelitis.
1.4.Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
2.2. ETIOLOGI
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus(70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
2.3.KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
1. Osteomielitis menurut penyebarannya terbagi menjadi 2 yaitu ;
a. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas ;
a. Osteomyelitis akut
b. Nyeri daerah lesi
c. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
d. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
e. Pembengkakan lokal
f. Kemerahan
g. Suhu raba hangat
h. Gangguan fungsi
i. Lab = anemia, leukositosis
j. Osteomyelitis kronis
k. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
l. Gejala-gejala umum tidak ada
m. Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
n. Lab = LED mening
2.4. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.5. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi dibawa oleh darah
- Biasanya awitannya mendadak.
- Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
- Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
- Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
4. Osteomyelitis kronik
- Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
Pemeriksaan Biopsi tulang.
Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
2.7. Prinsip penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.8. Pencegahan
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.9. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1.Riwayat keperawatan
Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
2.Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
3. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
II. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis adalah :
1.Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2.Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.
3.Risiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
Asuhan Keperawatan ( NANDA, NOC, NIC )No NANDA NOC NIC
1 Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan Kontrol nyeri
· Pantau TTV
· Menilai gejala dari nyeri
· Mengurangi nyeri dengan non analgesik
· Memantau lamanya nyeri
· Tingkatan nyeri
· Frekuensi nyeri
· Panjang episode nyeri
· Ekspresi wajah saat nyeri
· Perubahan frekuensi pernafasan, nadi, TD Manajemen nyeri
· Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
· Kaji ketidaknyamanan secara non verbal
· Evaluasi pengalaman pasien / keluarga erhadap nyeri
· Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien
· Pemberian analgesik
· Cek riwayat alergi obat
· Tentukan analgesik yang cocok
· Monitor TTV
· Beri perawatan yang dibutuhkan
2 Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan Kinerja mekanik tubuh
· Menggunakan postur diri yang benar
· Menggunakan posisi duduk yang benar
· Menggunakan cara berbaring yang benar
· Menentukan kekuatan otot
· Menentukan fleksibilitas sendi
· Mempertahankan kekuatan otot
perilaku pencegahan jatuh
· menempatkan penyekat untuk mencegah jatuh
· menggunakan matras karet
· menggunakan alas kaki karet di kamar mandi / shower
· menyediakan asisten untuk bergerak
· prosedur pemindahan
· menyediakan cahaya yang cukup promosi mekanik tubuh
· menentukan komitmen pasen utk belajar and menggunakan postur yg benar
· berkolaborasi dg terapis fisik untuk pembentukan rencana promosi mekanik tubuh.
· Tunjukkan cara menggeser berat badan dari satu kaki ke kaki lain sambil berdiri
· Monitor perbaikan postur pasien / body mekanik
· Memberikan informasi tentang penyebab yang mungkin dari posisi otot atau nyeri sendi
· Anjurkan pasien / keluarga tentang frekuensi dan jumlah pengulangan untuk setiap latihan
pencegahan jatuh
· Mengidentifikasi karakter dr lingkungan yg mungkin meningkatkan potensi jatuh
· Menyarankan utk merubah gaya berjalan pd pasien
· Mengajari pasien untuk meminimalkan resiko jatuh
· Menggunakan teknik yg tepat utk memindahakan pasien dari /menuju kursi roda, tempat, tidur, toilet
· Menempatkan tempat tidur mekanik pada posisi terendah
3 Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka klien diharapkan : penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan · pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika
· lakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi
· Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
· Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
· Berikan perawatan luka
· Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam
· Kaji tonus otot, reflek tendon
· Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
· Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
· Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
4 Ansietas b.d Kurang pengetahuan tentang program pengobatan Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang · Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien
· Kaji patologi masalah individu.
· Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
· Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.
Kolaborasi :
· Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran

III. Perencanaan dan Implemantasi
Sasaran pasien meliputi peredaran nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi dan pemahaman mengenai program pengobatan.
IV. Intervensi Keperawatan
· Peredaran Nyeri : Bagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya Status neurovaskuler ektremitas yang terkena harus terpantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesic yang diresepkan cukup berguna.
· Perbaikan Mobilitas Fisik : Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran stress pada tulang. Pasien harus memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
· Mengontrol Proses Infeksi : Perawat memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya peredaran darah yang memadai (penghisapan luka untuk mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliaran balik vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-grafit), untuk mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.
Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangasang penyembuhan.
· Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.
· Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara steril dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
· Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.
V. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mengalami Peredaan Nyeri
Melaporkan· berkurangnya nyeri
Tidak· mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi\
Tidak· mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
Berpartisipasi· dalam aktivitas perawatan diri
Mempertahankan· fungsi penuh ektremitas yang sehat
Memperlihatkan· penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak adanya infeksi
Memakai· antibiotika sesuai resep
Suhu· badan normal
Tidak· ada pembengkakan
Tidak· ada pus
Angka· leukosit dan laju endap darah kembali normal
Biakan· darah negatif
4. Mamatuhi rencana terapeutik
Memakai· antibiotika sesuai resep
Melindungi· tulang yang lemah
Memperlihatkan· perawatan luka yang benar
Melaporkan· bila ada masalah segera
Makan· diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
Mematuhi· perjanjian untuk tindak lanjut
Melaporkan· peningkatan kekuatan
Tidak· melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi daridarah(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
3.2. SARAN
Penerapan asuhan keperawatan hendaknya lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Pamela L. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC.

MAKALAH
ASKEP OSTEOMIELITIS


PEMBIMBING
Ns. GIAT WANTORO, S.Kep
Disusun oleh:

Bunga bulandari
Pujiana sifitri
Eka vita sari
Dwi putri lestari
Novitri wulandari
Miftahul jannah
Desti herlianda
Selvi prastianty
Rara setiawati
Devi sulmia
Nela dwita jayanti
Rizkia apriatma
Dian anggraini
Cici suryani wulandari
Agung yudi prasetio
Muhammad ali
Alwides nainggolan
Peri Irawan
Hengki pramana
Zakaria ansori
Azizir rahim
Alius mawardi
M. randi hariansyah
Anang trioko


MAHASISWA S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
(STIKBA) JAMBI
2013/2014














Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah “ ASKEP OSTEOMIELITIS” ini.
Makalah ini dibuat atas kerja sama yang kami lakukan dengan sungguh-sungguh, mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat.
Kami mngucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini belum sempurna sehigga kami mengharapkan penyempurnaannya.
Semoga apa yang kami tulis di makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat dijadikan penambah pengetahuan maupun bahan pendidikan.
                                                                                                                       Penulis

Halaman Judul...................................................................................................................................I
Kata Pengantar..........................................................................................................................II
Daftar Isi.......................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................1
1.4 Metode.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi................................................................................................................................2
2.2 Etiologi................................................................................................................................2
2.3 Klasifikasi Osteomielitis....................................................................................................3
2.4 Patofisiologi........................................................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................................................4
2.6 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................5
2.7 Prinsip Penatalaksanaan...................................................................................................5
2.8 Pencegahan.........................................................................................................................6
2.9 Asuhan Keperawatan.........................................................................................................6
I. Pengkajian.....................................................................................................................6
II. Diagnosa Keperwatan..................................................................................................7
III. Perencanaan dan Implementasi................................................................................7
IV. Intervensi Keperawatan.............................................................................................7
V. Evaluasi.......................................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini maka penulis membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomyelitis.
2. Untuk mengetahui penyebab osteomyelitis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomyelitis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomyelitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami osteomyelitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomyelitis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien yang mengalami osteomyelitis.
8. Untuk mengetahui suhan keperawatan klien yang mengalami osteomyelitis.
1.4.Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
2.2. ETIOLOGI
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus(70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
2.3.KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
1. Osteomielitis menurut penyebarannya terbagi menjadi 2 yaitu ;
a. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas ;
a. Osteomyelitis akut
b. Nyeri daerah lesi
c. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
d. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
e. Pembengkakan lokal
f. Kemerahan
g. Suhu raba hangat
h. Gangguan fungsi
i. Lab = anemia, leukositosis
j. Osteomyelitis kronis
k. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
l. Gejala-gejala umum tidak ada
m. Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
n. Lab = LED mening
2.4. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.5. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi dibawa oleh darah
- Biasanya awitannya mendadak.
- Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
- Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
- Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
4. Osteomyelitis kronik
- Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
Pemeriksaan Biopsi tulang.
Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
2.7. Prinsip penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.8. Pencegahan
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.9. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1.Riwayat keperawatan
Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
2.Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
3. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
II. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis adalah :
1.Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2.Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.
3.Risiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
Asuhan Keperawatan ( NANDA, NOC, NIC )No NANDA NOC NIC
1 Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan Kontrol nyeri
· Pantau TTV
· Menilai gejala dari nyeri
· Mengurangi nyeri dengan non analgesik
· Memantau lamanya nyeri
· Tingkatan nyeri
· Frekuensi nyeri
· Panjang episode nyeri
· Ekspresi wajah saat nyeri
· Perubahan frekuensi pernafasan, nadi, TD Manajemen nyeri
· Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
· Kaji ketidaknyamanan secara non verbal
· Evaluasi pengalaman pasien / keluarga erhadap nyeri
· Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien
· Pemberian analgesik
· Cek riwayat alergi obat
· Tentukan analgesik yang cocok
· Monitor TTV
· Beri perawatan yang dibutuhkan
2 Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan Kinerja mekanik tubuh
· Menggunakan postur diri yang benar
· Menggunakan posisi duduk yang benar
· Menggunakan cara berbaring yang benar
· Menentukan kekuatan otot
· Menentukan fleksibilitas sendi
· Mempertahankan kekuatan otot
perilaku pencegahan jatuh
· menempatkan penyekat untuk mencegah jatuh
· menggunakan matras karet
· menggunakan alas kaki karet di kamar mandi / shower
· menyediakan asisten untuk bergerak
· prosedur pemindahan
· menyediakan cahaya yang cukup promosi mekanik tubuh
· menentukan komitmen pasen utk belajar and menggunakan postur yg benar
· berkolaborasi dg terapis fisik untuk pembentukan rencana promosi mekanik tubuh.
· Tunjukkan cara menggeser berat badan dari satu kaki ke kaki lain sambil berdiri
· Monitor perbaikan postur pasien / body mekanik
· Memberikan informasi tentang penyebab yang mungkin dari posisi otot atau nyeri sendi
· Anjurkan pasien / keluarga tentang frekuensi dan jumlah pengulangan untuk setiap latihan
pencegahan jatuh
· Mengidentifikasi karakter dr lingkungan yg mungkin meningkatkan potensi jatuh
· Menyarankan utk merubah gaya berjalan pd pasien
· Mengajari pasien untuk meminimalkan resiko jatuh
· Menggunakan teknik yg tepat utk memindahakan pasien dari /menuju kursi roda, tempat, tidur, toilet
· Menempatkan tempat tidur mekanik pada posisi terendah
3 Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka klien diharapkan : penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan · pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika
· lakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi
· Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
· Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
· Berikan perawatan luka
· Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam
· Kaji tonus otot, reflek tendon
· Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
· Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
· Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
4 Ansietas b.d Kurang pengetahuan tentang program pengobatan Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang · Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien
· Kaji patologi masalah individu.
· Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
· Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.
Kolaborasi :
· Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran

III. Perencanaan dan Implemantasi
Sasaran pasien meliputi peredaran nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi dan pemahaman mengenai program pengobatan.
IV. Intervensi Keperawatan
· Peredaran Nyeri : Bagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya Status neurovaskuler ektremitas yang terkena harus terpantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesic yang diresepkan cukup berguna.
· Perbaikan Mobilitas Fisik : Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran stress pada tulang. Pasien harus memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
· Mengontrol Proses Infeksi : Perawat memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya peredaran darah yang memadai (penghisapan luka untuk mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliaran balik vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-grafit), untuk mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.
Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangasang penyembuhan.
· Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.
· Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara steril dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
· Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.
V. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mengalami Peredaan Nyeri
Melaporkan· berkurangnya nyeri
Tidak· mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi\
Tidak· mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
Berpartisipasi· dalam aktivitas perawatan diri
Mempertahankan· fungsi penuh ektremitas yang sehat
Memperlihatkan· penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak adanya infeksi
Memakai· antibiotika sesuai resep
Suhu· badan normal
Tidak· ada pembengkakan
Tidak· ada pus
Angka· leukosit dan laju endap darah kembali normal
Biakan· darah negatif
4. Mamatuhi rencana terapeutik
Memakai· antibiotika sesuai resep
Melindungi· tulang yang lemah
Memperlihatkan· perawatan luka yang benar
Melaporkan· bila ada masalah segera
Makan· diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
Mematuhi· perjanjian untuk tindak lanjut
Melaporkan· peningkatan kekuatan
Tidak· melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi daridarah(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
3.2. SARAN
Penerapan asuhan keperawatan hendaknya lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Pamela L. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC.

MAKALAH
ASKEP OSTEOMIELITIS


PEMBIMBING
Ns. GIAT WANTORO, S.Kep
Disusun oleh:

Bunga bulandari
Pujiana sifitri
Eka vita sari
Dwi putri lestari
Novitri wulandari
Miftahul jannah
Desti herlianda
Selvi prastianty
Rara setiawati
Devi sulmia
Nela dwita jayanti
Rizkia apriatma
Dian anggraini
Cici suryani wulandari
Agung yudi prasetio
Muhammad ali
Alwides nainggolan
Peri Irawan
Hengki pramana
Zakaria ansori
Azizir rahim
Alius mawardi
M. randi hariansyah
Anang trioko


MAHASISWA S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
(STIKBA) JAMBI
2013/2014














Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah “ ASKEP OSTEOMIELITIS” ini.
Makalah ini dibuat atas kerja sama yang kami lakukan dengan sungguh-sungguh, mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat.
Kami mngucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini belum sempurna sehigga kami mengharapkan penyempurnaannya.
Semoga apa yang kami tulis di makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat dijadikan penambah pengetahuan maupun bahan pendidikan.
                                                                                                                       Penulis

Halaman Judul...................................................................................................................................I
Kata Pengantar..........................................................................................................................II
Daftar Isi.......................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................1
1.4 Metode.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi................................................................................................................................2
2.2 Etiologi................................................................................................................................2
2.3 Klasifikasi Osteomielitis....................................................................................................3
2.4 Patofisiologi........................................................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................................................4
2.6 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................5
2.7 Prinsip Penatalaksanaan...................................................................................................5
2.8 Pencegahan.........................................................................................................................6
2.9 Asuhan Keperawatan.........................................................................................................6
I. Pengkajian.....................................................................................................................6
II. Diagnosa Keperwatan..................................................................................................7
III. Perencanaan dan Implementasi................................................................................7
IV. Intervensi Keperawatan.............................................................................................7
V. Evaluasi.......................................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini maka penulis membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomyelitis.
2. Untuk mengetahui penyebab osteomyelitis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomyelitis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomyelitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami osteomyelitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomyelitis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien yang mengalami osteomyelitis.
8. Untuk mengetahui suhan keperawatan klien yang mengalami osteomyelitis.
1.4.Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
2.2. ETIOLOGI
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus(70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
2.3.KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
1. Osteomielitis menurut penyebarannya terbagi menjadi 2 yaitu ;
a. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas ;
a. Osteomyelitis akut
b. Nyeri daerah lesi
c. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
d. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
e. Pembengkakan lokal
f. Kemerahan
g. Suhu raba hangat
h. Gangguan fungsi
i. Lab = anemia, leukositosis
j. Osteomyelitis kronis
k. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
l. Gejala-gejala umum tidak ada
m. Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
n. Lab = LED mening
2.4. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.5. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi dibawa oleh darah
- Biasanya awitannya mendadak.
- Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
- Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
- Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
4. Osteomyelitis kronik
- Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
Pemeriksaan Biopsi tulang.
Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
2.7. Prinsip penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.8. Pencegahan
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.9. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1.Riwayat keperawatan
Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
2.Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
3. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
II. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis adalah :
1.Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2.Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.
3.Risiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
Asuhan Keperawatan ( NANDA, NOC, NIC )No NANDA NOC NIC
1 Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan Kontrol nyeri
· Pantau TTV
· Menilai gejala dari nyeri
· Mengurangi nyeri dengan non analgesik
· Memantau lamanya nyeri
· Tingkatan nyeri
· Frekuensi nyeri
· Panjang episode nyeri
· Ekspresi wajah saat nyeri
· Perubahan frekuensi pernafasan, nadi, TD Manajemen nyeri
· Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
· Kaji ketidaknyamanan secara non verbal
· Evaluasi pengalaman pasien / keluarga erhadap nyeri
· Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien
· Pemberian analgesik
· Cek riwayat alergi obat
· Tentukan analgesik yang cocok
· Monitor TTV
· Beri perawatan yang dibutuhkan
2 Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan Kinerja mekanik tubuh
· Menggunakan postur diri yang benar
· Menggunakan posisi duduk yang benar
· Menggunakan cara berbaring yang benar
· Menentukan kekuatan otot
· Menentukan fleksibilitas sendi
· Mempertahankan kekuatan otot
perilaku pencegahan jatuh
· menempatkan penyekat untuk mencegah jatuh
· menggunakan matras karet
· menggunakan alas kaki karet di kamar mandi / shower
· menyediakan asisten untuk bergerak
· prosedur pemindahan
· menyediakan cahaya yang cukup promosi mekanik tubuh
· menentukan komitmen pasen utk belajar and menggunakan postur yg benar
· berkolaborasi dg terapis fisik untuk pembentukan rencana promosi mekanik tubuh.
· Tunjukkan cara menggeser berat badan dari satu kaki ke kaki lain sambil berdiri
· Monitor perbaikan postur pasien / body mekanik
· Memberikan informasi tentang penyebab yang mungkin dari posisi otot atau nyeri sendi
· Anjurkan pasien / keluarga tentang frekuensi dan jumlah pengulangan untuk setiap latihan
pencegahan jatuh
· Mengidentifikasi karakter dr lingkungan yg mungkin meningkatkan potensi jatuh
· Menyarankan utk merubah gaya berjalan pd pasien
· Mengajari pasien untuk meminimalkan resiko jatuh
· Menggunakan teknik yg tepat utk memindahakan pasien dari /menuju kursi roda, tempat, tidur, toilet
· Menempatkan tempat tidur mekanik pada posisi terendah
3 Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka klien diharapkan : penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan · pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika
· lakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi
· Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
· Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
· Berikan perawatan luka
· Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam
· Kaji tonus otot, reflek tendon
· Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
· Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
· Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
4 Ansietas b.d Kurang pengetahuan tentang program pengobatan Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang · Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien
· Kaji patologi masalah individu.
· Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
· Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.
Kolaborasi :
· Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran

III. Perencanaan dan Implemantasi
Sasaran pasien meliputi peredaran nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi dan pemahaman mengenai program pengobatan.
IV. Intervensi Keperawatan
· Peredaran Nyeri : Bagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya Status neurovaskuler ektremitas yang terkena harus terpantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesic yang diresepkan cukup berguna.
· Perbaikan Mobilitas Fisik : Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran stress pada tulang. Pasien harus memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
· Mengontrol Proses Infeksi : Perawat memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya peredaran darah yang memadai (penghisapan luka untuk mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliaran balik vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-grafit), untuk mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.
Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangasang penyembuhan.
· Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.
· Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara steril dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
· Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.
V. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mengalami Peredaan Nyeri
Melaporkan· berkurangnya nyeri
Tidak· mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi\
Tidak· mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
Berpartisipasi· dalam aktivitas perawatan diri
Mempertahankan· fungsi penuh ektremitas yang sehat
Memperlihatkan· penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak adanya infeksi
Memakai· antibiotika sesuai resep
Suhu· badan normal
Tidak· ada pembengkakan
Tidak· ada pus
Angka· leukosit dan laju endap darah kembali normal
Biakan· darah negatif
4. Mamatuhi rencana terapeutik
Memakai· antibiotika sesuai resep
Melindungi· tulang yang lemah
Memperlihatkan· perawatan luka yang benar
Melaporkan· bila ada masalah segera
Makan· diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
Mematuhi· perjanjian untuk tindak lanjut
Melaporkan· peningkatan kekuatan
Tidak· melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi daridarah(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
3.2. SARAN
Penerapan asuhan keperawatan hendaknya lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Pamela L. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC.

MAKALAH
ASKEP OSTEOMIELITIS


PEMBIMBING
Ns. GIAT WANTORO, S.Kep
Disusun oleh:

Bunga bulandari
Pujiana sifitri
Eka vita sari
Dwi putri lestari
Novitri wulandari
Miftahul jannah
Desti herlianda
Selvi prastianty
Rara setiawati
Devi sulmia
Nela dwita jayanti
Rizkia apriatma
Dian anggraini
Cici suryani wulandari
Agung yudi prasetio
Muhammad ali
Alwides nainggolan
Peri Irawan
Hengki pramana
Zakaria ansori
Azizir rahim
Alius mawardi
M. randi hariansyah
Anang trioko


MAHASISWA S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
(STIKBA) JAMBI
2013/2014














Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah “ ASKEP OSTEOMIELITIS” ini.
Makalah ini dibuat atas kerja sama yang kami lakukan dengan sungguh-sungguh, mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat.
Kami mngucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini belum sempurna sehigga kami mengharapkan penyempurnaannya.
Semoga apa yang kami tulis di makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat dijadikan penambah pengetahuan maupun bahan pendidikan.
                                                                                                                       Penulis

Halaman Judul...................................................................................................................................I
Kata Pengantar..........................................................................................................................II
Daftar Isi.......................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................1
1.4 Metode.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi................................................................................................................................2
2.2 Etiologi................................................................................................................................2
2.3 Klasifikasi Osteomielitis....................................................................................................3
2.4 Patofisiologi........................................................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................................................4
2.6 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................5
2.7 Prinsip Penatalaksanaan...................................................................................................5
2.8 Pencegahan.........................................................................................................................6
2.9 Asuhan Keperawatan.........................................................................................................6
I. Pengkajian.....................................................................................................................6
II. Diagnosa Keperwatan..................................................................................................7
III. Perencanaan dan Implementasi................................................................................7
IV. Intervensi Keperawatan.............................................................................................7
V. Evaluasi.......................................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini maka penulis membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomyelitis.
2. Untuk mengetahui penyebab osteomyelitis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomyelitis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomyelitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami osteomyelitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomyelitis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien yang mengalami osteomyelitis.
8. Untuk mengetahui suhan keperawatan klien yang mengalami osteomyelitis.
1.4.Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
2.2. ETIOLOGI
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus(70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
2.3.KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
1. Osteomielitis menurut penyebarannya terbagi menjadi 2 yaitu ;
a. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas ;
a. Osteomyelitis akut
b. Nyeri daerah lesi
c. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
d. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
e. Pembengkakan lokal
f. Kemerahan
g. Suhu raba hangat
h. Gangguan fungsi
i. Lab = anemia, leukositosis
j. Osteomyelitis kronis
k. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
l. Gejala-gejala umum tidak ada
m. Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
n. Lab = LED mening
2.4. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.5. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi dibawa oleh darah
- Biasanya awitannya mendadak.
- Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
- Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
- Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
4. Osteomyelitis kronik
- Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
Pemeriksaan Biopsi tulang.
Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
2.7. Prinsip penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.8. Pencegahan
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.9. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1.Riwayat keperawatan
Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
2.Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
3. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
II. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis adalah :
1.Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2.Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.
3.Risiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
Asuhan Keperawatan ( NANDA, NOC, NIC )No NANDA NOC NIC
1 Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan Kontrol nyeri
· Pantau TTV
· Menilai gejala dari nyeri
· Mengurangi nyeri dengan non analgesik
· Memantau lamanya nyeri
· Tingkatan nyeri
· Frekuensi nyeri
· Panjang episode nyeri
· Ekspresi wajah saat nyeri
· Perubahan frekuensi pernafasan, nadi, TD Manajemen nyeri
· Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
· Kaji ketidaknyamanan secara non verbal
· Evaluasi pengalaman pasien / keluarga erhadap nyeri
· Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien
· Pemberian analgesik
· Cek riwayat alergi obat
· Tentukan analgesik yang cocok
· Monitor TTV
· Beri perawatan yang dibutuhkan
2 Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan Kinerja mekanik tubuh
· Menggunakan postur diri yang benar
· Menggunakan posisi duduk yang benar
· Menggunakan cara berbaring yang benar
· Menentukan kekuatan otot
· Menentukan fleksibilitas sendi
· Mempertahankan kekuatan otot
perilaku pencegahan jatuh
· menempatkan penyekat untuk mencegah jatuh
· menggunakan matras karet
· menggunakan alas kaki karet di kamar mandi / shower
· menyediakan asisten untuk bergerak
· prosedur pemindahan
· menyediakan cahaya yang cukup promosi mekanik tubuh
· menentukan komitmen pasen utk belajar and menggunakan postur yg benar
· berkolaborasi dg terapis fisik untuk pembentukan rencana promosi mekanik tubuh.
· Tunjukkan cara menggeser berat badan dari satu kaki ke kaki lain sambil berdiri
· Monitor perbaikan postur pasien / body mekanik
· Memberikan informasi tentang penyebab yang mungkin dari posisi otot atau nyeri sendi
· Anjurkan pasien / keluarga tentang frekuensi dan jumlah pengulangan untuk setiap latihan
pencegahan jatuh
· Mengidentifikasi karakter dr lingkungan yg mungkin meningkatkan potensi jatuh
· Menyarankan utk merubah gaya berjalan pd pasien
· Mengajari pasien untuk meminimalkan resiko jatuh
· Menggunakan teknik yg tepat utk memindahakan pasien dari /menuju kursi roda, tempat, tidur, toilet
· Menempatkan tempat tidur mekanik pada posisi terendah
3 Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka klien diharapkan : penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan · pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika
· lakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi
· Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
· Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
· Berikan perawatan luka
· Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam
· Kaji tonus otot, reflek tendon
· Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
· Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
· Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
4 Ansietas b.d Kurang pengetahuan tentang program pengobatan Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang · Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien
· Kaji patologi masalah individu.
· Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
· Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.
Kolaborasi :
· Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran

III. Perencanaan dan Implemantasi
Sasaran pasien meliputi peredaran nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi dan pemahaman mengenai program pengobatan.
IV. Intervensi Keperawatan
· Peredaran Nyeri : Bagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya Status neurovaskuler ektremitas yang terkena harus terpantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesic yang diresepkan cukup berguna.
· Perbaikan Mobilitas Fisik : Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran stress pada tulang. Pasien harus memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
· Mengontrol Proses Infeksi : Perawat memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya peredaran darah yang memadai (penghisapan luka untuk mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliaran balik vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-grafit), untuk mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.
Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangasang penyembuhan.
· Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.
· Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara steril dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
· Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.
V. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mengalami Peredaan Nyeri
Melaporkan· berkurangnya nyeri
Tidak· mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi\
Tidak· mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
Berpartisipasi· dalam aktivitas perawatan diri
Mempertahankan· fungsi penuh ektremitas yang sehat
Memperlihatkan· penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak adanya infeksi
Memakai· antibiotika sesuai resep
Suhu· badan normal
Tidak· ada pembengkakan
Tidak· ada pus
Angka· leukosit dan laju endap darah kembali normal
Biakan· darah negatif
4. Mamatuhi rencana terapeutik
Memakai· antibiotika sesuai resep
Melindungi· tulang yang lemah
Memperlihatkan· perawatan luka yang benar
Melaporkan· bila ada masalah segera
Makan· diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
Mematuhi· perjanjian untuk tindak lanjut
Melaporkan· peningkatan kekuatan
Tidak· melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi daridarah(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
3.2. SARAN
Penerapan asuhan keperawatan hendaknya lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Pamela L. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC.